Begini tinggal di Jakarta yang padat penduduk


Aku orang Jawa yang sudah menetap di Jakarta. Terutama Jakarta Barat. Aku tinggal belum lama di wilayah padat penduduk. Kenapa disebut padat penduduk, karena memang jumlah penduduk yang tinggal di daerah rumahku sangat banyak. Seperti yang pernah kalian tahu dari berbagai informasi di berbagai media, pada wilayah padat penduduk. Dalam satu rumah terdapat beberapa kepala keluarga dengan kamar atau ruang yang berbeda,(sebelumnya aku dulu tinggal di Jakarta juga tapi bukan wilayah padat penduduk). Berisik dan selalu ramai dari pagi hingga pagi lagi adalah hal yang biasa di wilayah padat penduduk.
Pernah kami mengalami banjir 5 tahunan (tapi sekarang tidak banjir lagi, In Shaa Allah), dalam 2 hari, air baru surut. Sedih bukan 😢. Walaupun dalam keadaan banjir kita masih bisa makan,minum,main, masak, bahkan tertidur lelap😞. Banjir itu menganggu aktivitas sehari-hari, tapi kami bisa melewatinya dengan penuh sabar dan bisa mengambil maknanya dari musibah banjir 😢. Karena bukan rumah kami yang terkena banjir, jalanan bahkan kantor kami, bahkan halaman Monas (Monumen Nasional) yang merupakan Icon kota Jakarta pun tergenang banjir.
Memang banjir bukan suatu musibah yang hanya dapat melanda wilayah Jakarta saja, tapi di tempat tinggal ku dulu. Tak pernah aku mengalami banjir, ataupun melihat banjir disekitar rumahku dulu.
Belum lagi musibah yang membuat kami di wilayah padat penduduk ketakutan. Kebakaran. Ya musibah ini memang paling di takuti.
Sering aku lihat musibah kebakaran di wilayah rumahku, yang masih satu kecamatan. Bahkan rumah tetangga depan rumahku pun pernah di lalap si jago merah. Alhamdulillah, api bisa langsung dipadamkan, jadi tidak menjalar ke rumahku.
Kaki gemetar, mata menangis, jantung berdetak kencang, itu yang kami rasakan saat si jago merah menampakkan diri.
"Tidak ada longsor di wilayah kita, banjir pun hanya sebagian dan ga tiap tahun ada, angin kencang kadang seperti banjir, hampir tidak pernah ada akhir-akhir ini, hanya si jago merah yang kadang menghantui, ya beginilah hidup di Jakarta, ributnya sama si jago merah" Itulah curhatan dari tetangga saya yang sedang mengungsi dari bahaya api.
Selama tinggal di sini kadang aku merasa hidup tak nyaman, merasa hidup selalu dalam ketakutan akan musibah, bahkan aku kadang merasa tak punya apa-apa, merasa tak punya barang berharga. Tapi begitu musibah kebakaran dekat rumahku terlihat, banyak barang-barang yang ingin sekali ku bawa, banyak barang yang ingin ku selamatkan.
Begitu salahnya aku memahami apa yang ku punya, banyak yang ku miliki, banyak yang Allah, kasih kepadaku, tapi aku merasa tak banyak di beri. Astaghfirullah 😭.
Tapi dari berbagai musibah aku bisa belajar untuk lebih dekat dengan masyarakat, meski kadang kita mendapati tetangga yang suka usil. Tapi di sini kita bisa belajar bersosialisasi, karena bersosialisasi itu bukan hanya dengan tetangga sebelah. Namun, dengan masyarakat luas.
Semoga aku, dan seluruh masyarakat, bisa hidup yang lebih layak, tanpa ketakutan yang sangat besar. Dan selalu dalam lindungannya Allah Yang Maha Kuasa.🤲 Allahumma Aamiin

Comments

Popular posts from this blog

Mitos Mistis Kacang Panjang

Alasan menjadi resepsionis menyenangkan

Cara baca our