Jangan sebut generasi milenial sebagai generasi micin

Generasi milenial patut bangga,karena teknologi sudah berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan umur kaum milenial. Saat generasi ini memasuki usia belia, mereka dengan mudahnya dibantu dengan teknologi, baik untuk membantu pelajaran, prakarya, atau pun hiburan. Semua itu dinikmati generasi milenial seutuhnya tanpa merasakan terlebih dahulu, keberadaan teknologi yang 'pas pasan'. Bahkan saya sering melihat,beberapa anak SMA generasi milenial ini, punya karya yang ada 'nilai jualnya'. Hebat bukan? Dan lebih membuat saya takjub lagi, ketika saya menghadiri seminar penulisan yang dihadiri oleh penulis terkenal dengan pendidikan yang tinggi. Dan para undangan dari berbagai kalangan dan usia pun berkumpul disana. Anak sekolah dasar, menengah, atas dan juga ada yang masih kuliah,ada yang memang pekerjaannya sebagai penulis. Adapun yang seperti saya, kerja,kuliah sambil nulis, semua berkumpul jadi satu. Anak2 sekolah ini dengan gesitnya berebut menjawab pertanyaan dalam seminar tersebut agar mendapat hadiah. Tahukah kamu? Hadiah yang di janjikan panitia itu di incar oleh semua peserta seminar termasuk saya. Orang yang sangat aktif untuk ukuran anak sekolah jaman now.
So, ga semua generasi milenial itu alay, ga serius sekolah, ga menghargai guru. Ternyata banyak yang mau berguru diluar sekolah, banyak yang mau bergaul dengan para senior di grup penulisan ini.
Kalo dibilang generasi milenial kegiatannya main hp trus, saya rasa wajar2 aja selama tidak mengganggu pelajaran. Karena biasanya baca artikel di hp, buka pdf dari guru di sekolah juga di sebut 'main hape'. Yang penting kita yang sudah bekerja tak henti2nya ingetin adik2 kita untuk belajar.
Ada, salah satu siswa sekolah bertanya pada saya, "Kak, kalo kita pendidikannya tinggi, apa sudah pasti kita kerja enak? Kalo memang begitu kenapa di berita suka ada headlines sarjana nganggur?". Pertanyaan seperti ini memang 'mudah dijawab' bukan? Yang kerja pasti tahu jawaban singkat, padat dan jelasnya. Tapi disini kita berhadapan dengan 'anak yang masih dalam pendidikan' kalo kita jawabannya ngasal, dia cerna. Kasian dia hidupnya sudah kita racuni dengan kecemasan. Sebisa mungkin aku jawab begini "Memiliki pendidikan tinggi itu impian banyak orang, karena semakin tinggi pendidikan kita maka semakin banyak pula ilmu kita,kita hidup harus memiliki ilmu sebagai bekal hidup kita. Sama seperti orangtua kita, mereka dengan 'ilmu' yang dimilikinya bisa menafkahi kita, bisa sekolahin kita. Sarjana nganggur itu sama seperti lulusan lain dibawah sarjana, mereka belum bisa berwirausaha, mungkin sedang mengumpulkan ilmu dan uang untuk buat usaha sendiri sehingga mereka masih mencari-cari pekerjaan yang tepat!." Ya aku mencoba menjelaskan sisi positifnya, anak sekolah itupun hanya manggut2, dan melanjutkan topik lain denganku. Hebat ya masih mau bertanya pertanyaan yang faktanya sunguh sangat mengerikan jika di lihat dari jumlah angka pengangguran. So, jangan sebut generasi milenial generasi micin! Banyak dari mereka termasuk anak bangsa yang hebat!

Comments

Popular posts from this blog

Mitos Mistis Kacang Panjang

Alasan menjadi resepsionis menyenangkan

Cara baca our