Pesawat Tanpa Satu Sayap
"Pesawat tanpa satu sayap", entah dari mana kalimat itu berasal, banyak orang disekitar berbicara di sekolah, lingkungan rumah bahkan dalam bus dan menggambarkan hal itu untuk suatu yang kurang seimbang atau sesuatu yang susah untuk terwujud. "Anak yang Bapaknya sudah tidak bekerja, dan masih sekolah SMA tapi mau lanjut kuliah, itu kaya pesawat terbang tanpa sayap om" kata supir angkot yang kutumpangi kepada temannya. Bukan itu saja ungkapan yang kudengar tentang pesawat tanpa sayap. Banyak! Mereka memang tidak tahu kalau aku ini seorang anak sekolah yang yatim. Cita-cita, oh tak sanggup membayangi bagaimana harus ku raih!. Uang yang ibu punya ku tidak tahu bisa untuk sampai ku lulus atau tidak?. Bisa untuk kebutuhan sehari-hari atau tidak? Pertanyaan tentang financial selalu membayangi pikiranku. Padahal aku selalu mendapat nilai tertinggi dalam bidang 'ekonomi'. Kuingat guruku bilang "pelajar yang pintar di bidang ekonomi pasti mampu mengatur uang jajan, untuk ditabung!", Oh My God, aku tak mampu menggambarkan apa yang kurasakan saat itu.
Aku mulai bertanya dalam hati, kenapa aku menjadi pesawat tanpa satu sayap , sedangkan temanku memiliki kedua sayap pada pesawatnya. Apa ini berarti masa depanku tidak dapat ku raih. Jika cita-cita diibaratkan suatu tempat lain dan hanya bisa dilalui oleh pesawat?. Apakah pesawat yang sudah tak berdaya, bisa kembali terbang di atas awan? Apakah segala mesin dan perlengkapan sama sekali tak berguna?
Aku menyadari jika pesawat tanpa sayap ibarat penghasilan seorang ayah, aku takkan memiliki sayap yang lengkap, tetapi aku masih punya mesin dan perlengkapan yang bisa kutukar dengan sebuah mobil, untuk tempat lain yang tidak jauh. Untuk tempat yang jauh aku harus membayar dan menumpangi pesawat lain!.
Comments